Infinity Bux

Neobux

Join now!

Friday, April 8, 2011

Sefalosporin

A. Antibiotik
Antibiotik dapat dikatakan sebagai perusak kehidupan, atau dapat disebut juga suatu zat kimiawi yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang mempunyai kemampuan, dalam larutan encer, untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh m ikroorganisme lainnya (Tiromaru, 2008).
Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibagi menjadi lima kelompok yaitu:
1.         Mengganggu metabolisme sel mikroba
Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamid, trimetoprin, asam p-aminosalisilat (PAS), dan Sulfon.
2.         Menghambat sintesis dinding mikroba
Obat yang termasuk dalam kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin.
3.         Mengganggu permeabilitas membran sel mikroba
Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah polimiksin, golongan polien serta berbagai antimikroba kemoterapeutik, umpamanya antiseptik surface active agents.
4.         Menghambat sintesis protein sel mikroba
Obat yang termasuk dalam kelompok ini ialah golongan aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol.
5.         Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba
Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah rifampisin, dan golongan kuinolon.
(Tiromaru, 2008)
Jenis-jenis antibiotik
Meskipun ada lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya mereka berasal dari beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan. Ada banyak cara untuk menggolongkan antibiotik, salah satunya berdasarkan struktur kimianya (Tiromaru, 2008).
Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:
1.         Golongan Aminoglikosida
Diantaranya adalag amikasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilimisin, paromisin, sisomisin, streptomisin, dan tobramisin.
2.         Golongan Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).
Salah satu contoh dari golongan beta-laktam ini adalah golongan sefalosporin dan golongan sefalosporin ini ada hingga generasi ketiga dan seftriakson merupakan generasi ketiga dari golongan sefalosporin ini.
3.         Seftriakson
Obat ini umumnya aktif terhadap kuman gram-positif, tetapi kurang aktif dibandingkan dengan sefalosporin generasi pertama. Untuk meningitis obat ini diberikan dua kali sehari sedangkan untuk infeksi lain umumnya cukup satu kali dalam sehari.
Dosis lazim obat ini ialah 1-2 g/hari IM atau IV dalam dosis tunggal atau dibagi dalam 2 dosis. Seftriakson tersedia dalam bentuk bubuk obat suntik 0.25 ; 0.5 ; dan 1 g. Apabila obat ini diberikan sebanyak 250mg akan sangat ampuh dan tanpa komplikasi oleh karena itu menjadi pilihan utama untuk uretritis oleh gonokokus.
4.         Golongan Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
5.         Golongan Poliketida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
6.         Golongan Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
7.         Golongan Kuinolon (fluorokuinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.
Golongan ini dapat digunakan untuk infeksi sistemik. Mekanisme resistensi melalui plasmid seperti yang banyak terjadi pada antibiotika lain tidak dijumpai pada golongan kuinolon, namun dapat terjadi dengan mekanisme mutasi pada DNA atau membrane sel kuman.
Golongan flourokuinolon aktif sekali terhadap enterobacteriaceae (E. coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus), Shigella, Salmonella, Vibrio, C. jejuni, B. catarrhalis, H. influenza, dan N. gonorrhoeae. Golongan ini juga aktif terhadap Ps. Aeruginosa. Berbagai kuman yang telah resisten terhadap golongan aminoglikosida dam beta-laktam ternyata masih peka terhadap fluorokuinolon.
Streptokokus (termasuk S. pyogenes grup A, Enterococcus faecalis, dan Streptococcus viridans) termasuk ke dalam kuman yang kurang peka terhadap fluorokuinolon. Kuman-kuman anaerob pada umumnya resiten terhadap fluorokuinolon.
Golongan kuinolon baru umunya dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya yang terpenting adalah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat. Manifestasi pada saluran cerna terutama berupa mual dan hilang nafsu makan, merupakan efek samping yang paling sering dijumpai. Efek samping pada susunan saraf pusat umumnya bersifat ringan berupa sakit kepala, vertigo dan insomnia.
Efek samping yang lebih berat pada SSP seperti reaksi psikotik, halusinasi, depresi dan kejang, jarang terjadi. Penderita berusia lanjut, khususnya dengan arteriosklerosis atau epilepsi, lebih cenderung mengalami efek samping susunan saraf ini.
8.         Golongan Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.
9.         Golongan Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.
10.     Golongan Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
(Tiromaru, 2008)
Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat (Tiromaru, 2008).
Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang dilawan dan jenis infeksi. Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, dapat dibedakan antibiotik yang membidik bakteri gram positif atau gram negatif saja, dan antibiotik yang berspektrum luas, yaitu yang dapat membidik bakteri gram positif dan negative (Tiromaru, 2008).
B. Sefalosporin
Sefalosporin termasuk golongan antibiotika Betalaktam. Seperti antibiotik Betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba Sefalosporin ialah dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel (Medicastore, 2006)
Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun garam negatif, tetapi spektrum masing-masing derivat bervariasi (Medicastore, 2006).
Penggolongan Sefalosporin
Hingga tahun 2006 golongan Sefalosporin sudah menjadi 4 generasi, pembedaan generasi dari Sefalosporin berdasarkan aktivitas mikrobanya dan yang secara tidak langsung sesuai dengan urutan masa pembuatannya (Medicastore, 2006).
Berikut pembagian generasi Sefalosporin :
No
Nama
Generasi
Cara Pemberian
Aktivitas Antimikroba
1.
Cefadroxil
1
Oral
Aktif terhadap kuman gram positif dengan keunggulan dari Penisilin aktivitas nya terhadap bakteri penghasil Penisilinase
2.
Cefalexin
1
Oral
3.
Cefazolin
1
IV dan IM
4.
Cephalotin
1
IV dan IM
5.
Cephradin
1
Oral IV dan IM
6.
Cefaclor
2
Oral
Kurang aktif terhadap bakteri gram postif dibandingkan dengan generasi pertama, tetapi lebih aktif terhadap kuman gram negatif; misalnya H.influenza, Pr. Mirabilis, E.coli, dan Klebsiella
7.
Cefamandol
2
IV dan IM
8.
Cefmetazol
2
IV dan IM
9.
Cefoperazon
2
IV dan IM
10.
Cefprozil
2
Oral
11.
Cefuroxim
2
IV dan IM
12.
Cefditoren
3
Oral
Golongan ini umumnya kurang efektif dibandingkan dengan generasi pertama terhadap kuman gram positif, tetapi jauh lebih efektif terhadap Enterobacteriaceae, termasuk strain penghasil Penisilinase.
13.
Cefixim
3
Oral
14.
Cefotaxim
3
IV dan IM
15.
Cefotiam
2
IV dan IM
16.
Cefpodoxim
3
Oral
17.
Ceftazidim
3
IV dan IM
18.
Ceftizoxim
3
IV dan IM
19.
Ceftriaxon
3
IV dan IM
20.
Cefepim
4
Oral IV dan IM
Hampir sama dengan generasi ketiga
21.
Cefpirom
4
Oral IV dan IM
(Medicastore, 2006)
Indikasi Klinik
Sediaan Sefalosporin seyogyanya hanya digunakan untuk pengobatan infeksi berat atau yang tidak dapat diobati dengan antimikroba lain, sesuai dengan spektrum antibakterinya. Anjuran ini diberikan karena selain harganya mahal, potensi antibakterinya yang tinggi sebaiknya dicadangkan hanya untuk hal tersebut di atas (Medicastore, 2006).
Adapun indikasi dari masing Sefalosporin sebagai berikut :
1.         Cefadroxil dan Cefalexin
Obat golongan Cefalosporin ini yang digunakan untuk mengobati infeksi tertentu yang disebabkan oleh bakteri pada kulit, tenggorokan, dan infeksi kandung kemih. Antibiotik ini tidak efektif untuk pilek, flu atau infeksi lain yang disebabkan virus.
2.         Cefazolin
Cefazolin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri dan penyakit pada infeksi pada kandung empedu dan kandung kemih, organ pernafasan, genito urinaria (infeksi pada organ seksual dan saluran kencing), pencegahan infeksi pada proses operasi dan infeksi kulit atau luka.
3.         Cephalotin
Obat golongan Sefalosporin ini yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri dan penyakit pada infeksi kulit dan jaringan lunak, saluran nafas, genito-urinaria, pasca operasi, otitis media dan septikemia.
4.         Cefaclor dan Cefixim
Cefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam penyakit seperti pneumonia dan infeksi pada telinga, paru-paru, tenggorokan, saluran kemih dan kulit.
5.         Cefamandol, Ceftizoxim dan Ceftriaxon
Cefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam penyakit pada paru-paru, kulit, tulang, sendi, perut, darah dan saluran kencing.
6.         Cefmetazol
Cefmetazol lebih aktif daripada Sefalosporin golongan pertama terhadap gram positif Proteus, Serritia, kuman anaerobik gram negatif (termasuk B. fragilis) dan beberapa E.coli, Klebsiella dan P. mirabilis, tetapi kurang efektif dibandingkan Cefoxitin atau Cefotetan melawan kuman gram negatif.
7.         Cefoperazon dan Ceftazidim
Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam infeksi termasuk paru-paru, kulit, sendi, perut, darah, kandungan, dan saluran kemih.
8.         Cefprozil
Obat Sefalosporin ini mengobati infeksi seperti Otitis Media, infeksi jaringan lunak dan saluran nafas.
9.         Cefuroxim
Cefuroxim digunakan untuk mengobati infeksi tertentu yang disebabkan oleh bakteri seperti; bronkitis, gonore, penyakit limfa, dan infeksi pada organ telinga, tenggorokan, sinus, saluran kemih, dan kulit.
10.     Cefotaxim
Cefotaxime digunakan untuk mengobati Gonore, infeksi pada ginjal (pyelonephritis), organ pernafasan, saluran kemih, meningitis, pencegahan infeksi pada proses operasi dan infeksi kulit dan jaringan lunak.


11.     Cefotiam
Memiliki aktivitas spetrum luas terhadap kuman gram negatif dan positif, tetapi tidak memiliki aktivitas terhadap Pseudomonas aeruginosa.
12.     Cefpodoxim
Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam infeksi seperti Pneumonia, Bronkitis, Gonore dan infeksi pada telinga, kulit, tenggorokan dan saluran kemih.
13.     Cefepim
Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam infeksi seperti Pneumonia, kulit, dan saluran kemih.
14.     Cefpirom
Obat Sefalosporin ini menghilangkan bakteri yang menyebabkan berbagai macam infeksi pada darah atau jaringan, paru-paru dan saluran nafas bagian bawah, serta saluran kemih.
(Medicastore, 2006)
Resistensi
Mekanisme resistensi bakteri terhadap sefalosporin terjadi melalui dua cara yaitu mutasi pada PBPs dan produksi enzim beta laktamase. Enzim beta laktamase adalah enzim yang diproduksi bakteri yang dapat memecah cincin beta laktam sehingga sefalosporin menjadi tidak aktif.
Efek Samping
Efek samping sefalosporin tidak jauh berbeda dengan penisilin. Ruam nonpruritik dapat timbul pada 1% - 2,8% pasien dan bukan kontraindikasi pemberian sefalosporin berikutnya. Reaksi anafilaksis jarang terjadi dengan risiko anafilaksis sekitar 0,0001% - 0,1%. Reaksi anafilaksis sefalosporin pada pasien yang alergi penisilin juga tidak terbukti lebih besar. Reaksi silang dapat terjadi pada sefalosporin generasi pertama (cephalexin, cefadroxil, dan cefazolin) karena mempunyai struktur rantai kimia menyerupai penicilin atau amoksisilin. Namun, risiko reaksi silang tersebut sangat kecil (0,5%). Oleh karena itu, American Academy of Pediatrics merekomendasikan sefalosporin oral pada pasien yang alergi penisilin untuk tatalaksana otitis media dan sinusitis.
Farmakologi Sefalosporin
Generasi Aspek Farmakologi
1.         Generasi I
Spektrum
  • Aktivitas baik terhadap kokus gram positif, termasuk MSSA (Methicillin-susceptible Staphylococcus aureus) dan streptokokus.
  • Tidak mempunyai aktivitas terhadap enterokokus, MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus aureus), atau Listeria.


Farmakokinetik
  • Sediaan oral diserap dengan baik.
  • Konsentrasi terapeutik tercapai pada sebagian besar jaringan (pleura, cairan sinovial, dan tulang), kecuali cairan pada telinga tengah.
  • Penetrasi sawar darah otak sangat kurang, sehingga tidak direkomendasikan untuk meningitis bakterialis
Indikasi
Infeksi yang disebabkan oleh MSSA dan streptokokus. Tidak direkomendasikan sebagai antibiotik lini I
Efek samping
·           Gangguan gastrointestinal ringan: mual, muntah, atau diare.
·           Pseudomembran colitis
2.         Generasi II
Spektrum
·           Aktivitas baik terhadap gram positif, tapi aktivitas terhadap S. aureus kurang.
·           Aktivitas lebih baik terhadap gram negatif (Enterobacteriaceae, H influenzae, dan M catarrhalis) dibandingkan dengan generasi I.
·           Tidak mempunyai aktivitas terhadap enterococci, Listeria, Pseudomonas, MRSA, atau S epidermidis.
Farmakokinetik
·           Cefaclor dan cefprozil diserap dengan baik.
·           Absorbsi cefuroxime axetil <50% tapi meningkat bila diberikan bersama makanan.
·           Konsentrasi terapeutik tercapai pada sebagian besar jaringan (pleura, cairan sinovial, dan tulang).
·           Cefuroxime dapat menembus sawar darah otak tapi tidak direkomendasikan untuk meningitis karena potensi delayed CSF sterilization.
Indikasi
  • Direkomendasikan sebagai antibiotik lini II pada infeksi kulit, jaringan lunak, ISPA, pneumonia, dan otitis media akut.
  • Jarang direkomendasikan sebagai antibiotik lini I.
Efek samping
  • Serum sickness-like reactions, pseudomembran colitis
3.         Generasi III
Spektrum
Ø  Oral
·         Aktif terhadap MSSA, dan beberapa PNSP.
·         Cefixime dan ceftibuten lebih stabil terhadap beta laktamase dibandingkan sefalosporin oral lainnya.
Ø  Intravenous
·         Bacterisidal terhadap gram negatif, terutama H influenza (termasuk beta-lactamase-producing strains), M catarrhalis, E. coli, Klebsiella pneumoniae, Morganella, Neisseria, Proteus, Enterobacter sp, Serratia marcescens, dan Acinobacter sp.
·         Aktivitas baik terhadap grup A dan grup B streptokokus dan S pneumoniae.
·         Aktivitas anaerob minimal.
Farmakokinetik
  • Ceftriaxone: waktu paruh 6-9 jam, interval dosis pemberian 1 atau 2 kali sehari. Penetrasi pada tulang, sendi, otot, kulit, telinga tengah, dan sawar darah otak baik.
  • Cefotaxime: waktu paruh lebih pendek dari pada ceftriaxone, interval dosis setiap 6-8 jam.
Indikasi
  • Oral : OMA, sinusitis bakterial akut, ISK dan Strep Throat yang alergi penisilin.
  • Intravenous : Pneumonia, sinusitis, meningitis, infeksi Neisseria gonorrhea dan Pseudomonas Infeksi yang disebabkan
  • oleh MSSA dan streptokokus.
Efek samping
  • Oral : ”Bloodlike” appearance (cefdinir) dan diare
  • Intravenous (Efek samping < 5% ): trombositosis, reaksi alergi, diarrhea, rash.Gangguan gastrointestinal ringan: mual, muntah, atau diare.
4.    Generasi IV
Spektrum
  • Efektif terhadap MSSA, S pyogenes, S pneumonia, E coli, H influenzae, M catarrhalis, N gonorrhoea, P aeruginosa, Morganella morganii, Proteus mirabilis, Citrobacter, Enterobacter, Klebsiella, Providencia, dan serratia sp.
  • Tidak mempunyai aktivitas terhadap MRSA, enterokokus, ESBL atau Amp-C beta-lactamase-producing gram negative organism.
Farmakokinetik
  • Waktu paruh 1,7 – 2,3 jam.
Indikasi
  • Infeksi yang disebabkan pseudomonas.
Efek samping
  • Reaksi lokal, phlebitis, rash, diare, mual, muntah, pruritus, tes coombs positif, dan konsentrasi fosfor serum menurun.
(Kemang Medical Care, 2009)


Literatur

No comments:

Post a Comment