Infinity Bux

Neobux

Join now!

Wednesday, April 6, 2011

Koenzim Q10

A.      Monografi
Koenzim Q-10
http://en.wikipedia.org/wiki/File:Ubiquinone.png

C59H90O4                                                                                                                   863.34 g mol−1

2-[(2E,6E,10E,14E,18E,22E,26E,30E,34E)-3,7,11,15,19,23,27,31,35,39-decamethyltetraconta-2,6,10,14,18,22,26,30,34,38-decaenyl]-5, 6-dimethoxy-3-methylcyclohexa-2,5-diene-1,4-dione
(Anonim, 2010).
Berbagai jenis Koenzim Q dapat dibedakan dengan jumlah isoprenoid-rantai samping yang mereka miliki. The most common Coenzyme Q in human mitochondria is CoQ 10 . Koenzim Q yang paling umum yang terdapat pada mitokondria manusia adalah Coq 10. The 10 refers to the number of isoprene repeats. Angka 10 mengacu pada jumlah pengulangan isoprena (Anonim, 2010).
Koenzim Q 10, juga dikenal sebagai ubiquinone, ubidecarenone, Q koenzim, dan disingkat Coq 10, coq, Q-10, atau Q, adalah 1,4-benzoquinon , dimana Q mengacu pada kuinon kimia kelompok dan 10 mengacu pada jumlah isoprenil subunit kimia dalam ekornya (Anonim, 2010).
Struktur kimia CoQ-10, dijelaskan oleh Dr Karl Folkers dan kelompoknya, adalah 2,3-dimetoksi-5-metil-6-decaprenyl-1 ,4-benzoquinon .2 Identifikasi kimia angka (disebut CAS #) untuk ubiquinone adalah 303-98-0, dan untuk ubiquinol (bentuk tereduksi CoQ-10) adalah 992-78-9.
(Anonim, 2010)
Sifat fisikokimia dari beberapa CoQ-10 (Ubiquinone dan ubiquinol) ditunjukkan pada Tabel 1 (a) dan 1 (b).
Table1(a): Properties of Ubiquinone (CoQ10)Tabel 1 (a): Sifat Ubiquinone (CoQ-10)
CAS Registry No: 3Registry CAS No: 303-98-0
Appearance Penampilan
Orange crystals (at room temperature) Orange kristal (pada suhu kamar)
Empirical formula Rumus empiris
C 59 H 90 O 4 C 59 H 90 O 4
Molecular weight Berat molekul
863.358 863.358
Melting point Titik lebur
49° C 49 ° C
Solubility Kelarutan
Insoluble in water Tidak larut dalam air
Limited solubility in oils and fats Kelarutan terbatas dalam minyak dan lemak
Soluble in nonpolar solvents Larut dalam pelarut nonpolar
Table 1(b): Properties of Ubiquinol (CoQ10 H 2 ) (Anonim, 2010).
Tabel 1 (b): Sifat ubiquinol (CoQ-10 H 2)
CAS Registry NRegistry CAS No: 992-78-9
Appearance Penampilan
White to very pale yellow crystalline powder Putih sangat pucat bubuk kristal kuning
Empirical formula Rumus empiris
C 59 H 92 O 4 C 59 H 92 O 4
Molecular weight Berat molekul
865.37 865.37
Melting point Titik lebur
49.5° C 49.5 ° C
Solubility Kelarutan
Practically insoluble in water. Praktis tidak larut dalam air.
Limited solubility in oils and fats. Kelarutan terbatas dalam minyak dan lemak.
Soluble in nonpolar solvents. Larut dalam pelarut nonpolar.
(Anonim, 2010).
CoQ-10 adalah bubuk kristal yang tidak larut dalam air. CoQ-10 adalah zat yang larut dalam lemak. This oil-soluble, vitamin-like substance is present in most eukaryotic cells, primarily in the mitochondria Senyawa ini larut vitamin seperti substansi minyak yang terdapat di beberapa bagian sel eukariotik, terutama di mitokondria.It is a component of the electron transport chain and participates in aerobic cellular respiration , generating energy in the form of ATP . Senyawa ini juga merupakan komponen dari rantai transpor elektron dan berpartisipasi dalam respirasi sel aerobik, menghasilkan energi dalam bentuk ATP.Ninety-five percent of the human body's energy is generated this way. [ 1 ] [ 2 ] Therefore, those organs with the highest energy requirements—such as the heart, liver and kidney —have the highest CoQ 10 concentrations. [ 3 ] [ 4 ] [ 5 ] There are three redox states of Coenzyme Q10: fully oxidized (ubiquinone), semiquinone (ubisemiquinone), and fully reduced ( ubiquinol ). Sembilan puluh lima persen energi dari tubuh manusia dihasilkan dengan cara ini. Oleh karena itu, organ-organ dengan kebutuhan energi tertinggi seperti hati, jantung dan ginjal memiliki konsentrasi CoQ-10 tertinggi (Anonim, 2010).
A.      Kegunaan dan Metabolisme
Koenzim Q-10 atau ubikuinon, merupakan salah satu koenzim yang paling esensial bagi tubuh. Koenzim Q-10 atau ubikuinon merupakan komponen yang terdapat pada membran dalam (inner membrane) mitokondria. Sebagai satu-satunya organel yang berperan dalam memproduksi energi berupa adenosin trifosfat (ATP), mitokondria menentukan kelangsungan fungsi setiap sel di dalam tubuh. Di dalam mitokondria, koenzim Q-10 berperan pada jalur fosforilasi oksidatif yang sangat penting dalam pembentukan ATP. Bagian tubuh yang terbanyak mengandung enzim ini adalah jantung, disusul dengan ginjal dan hepar (Martina, 2009).
Co-Q-10 merupakan faktor obligat pada transfer elektron respirasi aerob untuk menghasilkan energi. Koenzim ini juga berperan pada molekul redoks aktif yang terikat pada membran pada berbagai fungsi sel lainnya, misalnya pembentukan rantai disulfida pada protein, detoksifikasi reactive oxygen species (ROS), berperan pada status redoks seluler, membangkitkan sinyal sel dan ekspresi gen (Nasution, 2010).
Koenzim Q-10 adalah kofaktor yang penting pada proses rantai transpor elektron di mitokondria, di mana koenzim Q-lO menerima elektron dari kompleks I dan II yang merupakan aktivitas yang penting pada produksi ATP. Koenzim Q-lO juga mempunyai aktivitas antioksidan di mitokondria dan membran sel, vang melindungi dari peroksidasi membran lipid. Koenzim Q-10 juga menghambat oksidaxi LDL-kolesterol, dimana LDL kolesterol adalah faktor yang merupakan pencetus atherosclerosis (BPOM,2006).
Selain berperan dalam menghasilkan ATP, koenzim Q-10 juga memiliki aktivitas antioksidan kuat yang bekerja dengan cara mengikat radikal bebas, yaitu komponen yang merusak DNA, membran sel, dan menyebabkan kematian sel. Radikal bebas yang terdapat secara alami di dalam tubuh dan lingkungan luar (sinar ultraviolet, radiasi, asap rokok, dan polusi udara) tersebut dipercaya bertanggung jawab terhadap terjadinya penuaan dini dan berbagai penyakit seperti kelainan degeneratif, kelainan jantung, keganasan, hingga infertilitas (Martina, 2009).
Dalam tubuh manusia, koenzim Q-lO dapat dihasilkan secara alami dengan jalur yang  mirip dengan jalur sintesis kolesterol. Hingga usia tertentu, di mana koenzim Q-l masih disintesis dan berfungsi secara normal, koenzim Q-lO ini dapat melindungi manusia dari risiko atherosklerosis serta penyakit jantung dan pembuluh darah lainnya. Namun, seiring dengan pertambahan usia, kadar koenzim Q-10 menurun. Penurunan kadar koenzim Q-10 juga terjadi pada pasien penyakit kronik seperti pasien penyakit jantung, distropi otot, Parkinson, kanker, diabetes, serta HIV/AIDS (BPOM,2006).
Koenzim Q-10 merupakan antioksidan kuat, membrane stabiliz­er, serta kofaktor integral pada rantai respira­si mitokondria yang membantu meng­has­il­kan adenosin trifosfat (ATP) sebagai sumbe­r energi seluler terbesar. Selain itu, koenzim Q-10 juga meregulasi gen yang berkaitan dengan metabolisme sel (Nasution, 2010).
Suplemen koenzim Q-10 tersedia dalam berbagai bentuk sediaan dan komposisi. Tersedia bentuk sediaan kapsul basis lemak, kapsul serbuk, tablet, kapsul lunak, mikroemulsi dan sebagainya. Bentuk sediaan kapsul lunak mempunyai tingkat penyerapan lebih tinggi. Seperti halnya dosis harian dari koenzim Q-10 yang bervariasi tergantung kebutuhan individual pasien, sediaan suplemen koenzim Q-10 juga dibuat bervariasi kadar komposisinya mulai 5 hingga 300 miligram (BPOM,2006).
Suplemen koenzim Q-10 yang masuk ke dalam tubuh akan diserap di usus halus, namun tingkat penyerapannya rendah (dari seluruh asupan yang masuk, 60%-nya akan terbuang bersama dengan kotoran). Penyerapannya ini tidak hanya tergantung dari makanan yang dimakan tapi juga banyaknya lemak yang terdapat pada makanan tersebut Tingkat penyerapaannya sangat rendah jika dikonsumsi pada keadaan perut kosong dan sangat baik jika dikonsumsi bersama dengan makanan terutama yang mengandung banyak lemak (BPOM,2006).
Berbagai penelitian telah menguji penggunaan koenzim Q-10 untuk ditambahkan pada terapi standar yang biasa digunakan. Suplemen koenzim Q-10 dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada pengobatan penyakit kardiovaskular (terutama pada gagal jantung kongesti) sesuai dengan aktivitas antioksidannya. Aktivitas antioksidan dan koenzim Q-10 terutama karena senyawa ini bekerja menghambat proses oksidasi LDL-kolesterol. Proses oksidasi ini diketahui berperan dalam patogenesis atherosclerosis. Kegunaan Koenzim Q-10 yang disetujui oleh Badan POM adalah untuk memelihara kesehatan fungsi jantung (BPOM,2006).
Suplemen koenzim Q-l0 berinteraksi dengan beberapa jenis obat di antaranya warfarin, obat penurun lipid golongan statin, doksorubisin, dan obat anti hipertensi golongan betabloker. Penggunaan koenzim Q-l0 bersama-sama warfarin harus hati-hati karena koenzim Q-10 dapat menurunkan efektivitas warfarin. Konsumsi suplemen koenzim Q-10 bersama dengan obat penurun lipid golongan statin dapat menurunkan kadar koenzim Q-10 dalam tubuh karena koenzim Q-10 dan kolesterol mengalami jalur metabolisme yang sama (BPOM,2006).
B.       Pembuatan Koenzim Q-10
Secara alami, koenzim Q10 dalam jumlah yang sedikit terdapat dalam berbagai jenis makanan. Konsumsi setengah kilogram ikan sarden atau satu kilogram daging sapi atau satu kilogram kacang dapat memberi suplai tubuh 30 mg koenzim Q-10. Sumber Koenzim Q10:
Tabel 2. Sumber Koenzim Q-10
Makanan
Koenzim Q 10 konsentrasi [mg / kg]
Daging
daging sapi
jantung
113
hati
39-50
otot
26-40
daging babi
jantung
11.8-128.2
hati
22.7-54.0
otot
13.8-45.0
ayam
jantung
116.2-132.2
Ikan
sarden
5-64
ikan kembung
daging merah
43-67
daging putih
11-16
ikan salmon
4-8
ikan tongkol
5
Minyak
kedelai
54-280
zaitun
4-160
biji anggur
64-73
bunga matahari
4-15
dedak
/
kelapa
Kacang-kacangan
kacang tanah
27
kenari
19
biji wijen
18-23
kacang pistachio
20
hazelnut
17
badam
5-14
Sayur-sayuran
peterseli
8-26
brokoli
6-9
kol kembang
2-7
bayam
sampai dengan 10
anggur
6-7
Kubis cina
2-5
Buah
alpukat
10
blackcurrant
3
stroberi
1
jeruk
1-2
jeruk bali
1
apel
1

       (Prafst, et. al., 2010).
Kebutuhan koenzim Q-10 dapat diperoleh dari biosintesis dalam tubuh manusia sendiri ataupun dari luar tubuh melalui makanan atau konsumsi suplemen koenzim Q-10. Koenzim Q10, berasal dari solanesol,-hytroxy-2-decenoic asam 10 (10-HAD) dan solanesylamine, serta dari berbagai sumber yang tercantum pada tabel di atas, yang berdasarkan pharmaceutical technology, telah dikembangkan lini produksi yang maju untuk mengekstraksi solanesol murni dan sumber koenzim Q10 tersebut untuk sintesis koenzim Q10. Hasil ekstrak dalam dosis tertentu kemudian dibuat sebagai produk suplemen. Karena kepraktisannya, mengonsumsi suplemen koenzim Q-10 kini lebih banyak dipilih daripada daripada mengonsumsi makanan sumber alami koenzim Q-10 yang memang hanya mengandung sedikit koenzim Q-10 dibanding suplemen. Produksi suplemen koenzim Q10 harus sesuai dengan standar GMP, memenuhi standar yang ditetapkan dalam Farmakope dan memperoleh izin produksi koenzim Q10 dari FDA (Badan POM RI, 2004).
Suplemen koenzim Q-10 tersedia dalam berbagai bentuk sediaan dan komposisi. Tersedia bentuk sediaan kapsul basis lemak, kapsul serbuk, tablet, kapsul lunak, mikroemulsi dan sebagainya. Bentuk sediaan kapsul lunak mempunyai tingkat penyerapan lebih tinggi. Seperti halnya dosis harian dari koenzim Q-10 yang bervariasi tergantung kebutuhan individual pasien, sediaan suplemen koenzim Q-10 juga dibuat bervariasi kadar komposisinya mulai 5 hingga 300 miligram (Badan POM RI, 2004).
C.      Analisis Koenzim Q10 (Metode HPLC)
Metode : Sampel darah dikumpulkan dalam tabung yang berisi heparin, lalu didinginkan dan selanjutnya disentrifugasi pada 4°C. Plasma yang didapat selanjutnya disimpan dalam tabung polypropylene bersekrup atas pada suhu -80° C hingga analisis dilakukan (Tang, et. al., 2001).
Setelah dilakukan ekstraksi dengan 1-propanol dan disentrifugasi, supernatan disuntikkan langsung ke dalam sistem HPLC dengan deteksi kolometri dan didapatkan konsentrasi Co Q10 (Tang, et. al., 2001).
Bahan


a.         CoQ10
b.        Metanol
c.         Etanol
d.        1-propanol
e.         2-propanol
f.         Heksana
g.        Natrium asetat
h.        Asam asetat glasial


(Tang, et. al., 2001)


Perangkat

HPLC-EC dengan konfigurasi sistem:

a.       Kolom analitis: kolom fase balik Microsorb-MV (4,6 mm x 15 cm, diameter partikel 5 µm).
b.      Kolom Penjaga (Guard Column): berukuran 4,6 x 10 mm, diameter partikel 5 µm digunakan untuk melindungi kolom analitis.
c.       Jarum injektor AS3000 diatur pada ketinggian 1,5 mm, dan volume injeksi ditetapkan pada 20 uL untuk setiap sampel. Suhu diatur pada suhu 0° C.
d.      Fase diam: C18
e.       Fase gerak untuk elusi isokratik CoQ10 dibuat sebagai berikut: natrium asetat trihydrate (6,8 g), asam asetat glasial 15 mL, dan 15 ml 2-propanol ditambahkan pada 695 ml metanol dan 275 mL heksana.
f.       pH fase gerak: 6
g.      Laju alir 1 mL/ menit
(Tang, et. al., 2001).
Persiapan Kalibrator
Semua pekerjaan persiapan sampel dilakukan tidak dibawah sinar langsung untuk menghindari dekomposisi fotokimia dari CoQ10. Untuk menyiapkan 5 mg / L larutan CoQ10, dilarutkan 10 mg CoQ10 ke dalam 10 mL heksana, kemudian diencerkan sampai 100 mL dengan 1-propanol hingga semuanya terlarut. Konsentrasi larutan CoQ10 ini kemudian dihitung dengan membaca absorbansi pada spektrofotometer (pada panjang gelombang 275 nm; kuvet kuarsa 1 cm) dengan absorptivitas molar 14 200. Larutan kalibrasi dan kemudian disiapkan pada konsentrasi akhir CoQ10 10, 100, 500, 1000, 2000, dan 4000 mg / L (Tang, et. al., 2001).
Larutan kontrol disiapkan dengan melarutkan sampel plasma dengan air suling hingga konsentrasinya 1.65 mg/L, 3.45 mg/L, dan 75 mg/L. Kalibrator dan kontrol disimpan dalam tabung polypropylene 1.8-mL tanpa penambahan argon atau nitrogen pada -80 ° C (Tang, et. al., 2001).
Persiapan Sampel Plasma
Sampel darah vena dikumpulkan dalam tabung Vacutainer yangberisi heparin sebagai antikoagulan dan diaduk perlahan sebanyak 5-6 kali. Tabung Vacutainer ditutup rapat dan didinginkan sebelum pengolahan (Tang, et. al., 2001).
Sampel darah didiamkan selama 4 jam kemudian disentrifugasi pada 2000g selama 10 menit pada 4 ° C. Plasma yang didapat, ditempatkan dalam tabung polypropylene tertutup dan segera disimpan pada atau di bawah -80 ° C tanpa penambahan argon atau nitrogen hingga dilakukan analisis CoQ10 (Tang, et. al., 2001).
Ekstraksi Cair Cair
Dilakukan dengan campuran dua pelarut: 1-propanol dan campuran etanol : heksan (2: 5) (Tang, et. al., 2001).
Deteksi Coulometri
Voltamogram hidrodinamika dihasilkan dengan cara penyuntikan berulang ke dalam sistem HPLC CoQ10 (4 mg / L) dalam air : 1-propanol (1: 9). Potensi detektor meningkat 0,05 V pada setiap proses penyuntikan (Tang, et. al., 2001).
Panafsiran Interferensi
Untuk mengetahui adanya interferensi, dilakukan pengolahan lyophilized darah manusia, bahan kimia murni, dan biokimia yang sesuai dengan metode yang dikembangkan.Kontrol yang berisi 45 obat dan zat endogen, dilengkapi dengan 20 obat resep pada konsentrasi yang melebihi nilai-nilai klinis; 100-uL aliquot kontrol ditempatkan dalam 1, 8 ml tabung polypropylene tertutup, diolah, dan dianalisis (Tang, et. al., 2001).
Analisis Sampel
Sampel diproses secara bersamaan dalam batch 20, yang merupakan kapasitas instrumen sentrifugasi. Setiap sampel beku yang telah sebelumnya disiapkan, mencair pada suhu kamar, dan kemudian aliquot 100-uL sampel ditempatkan pada tabung polypropylene 1,8 mL yang berisi 50 uL larutan internal standar. Semua tabung reaksi disimpan dalam ice-bath. Sampel ini kemudian dicampur dengan 850 uL 1- propanol dingin. Semua tabung reaksi dicampur selama 2 menit dengan vortex mixer tipe mekanik dan disentrifugasi selama 10 menit pada 21.000 g dan 0° C. Supernatan yang dihasilkan dipisahkan dari endapan, kemudian dipindahkan ke botol vial kaca. Sampel dalam vial ditempatkan langsung di wadah autosampler pada 0° C. Batch 20 sampel dianalisis secara langsung (di-running). Aliquot ekstrak 20-uL 1-propanol dari botol vial disuntikkan langsung ke auto HPLC. Tinggi puncak untuk setiap penyuntikan dapat diperoleh (Tang, et. al., 2001).
Tinggi puncak dapat digunakan untuk mendapatkan persamaan regresi linier kuadrat terkecil, yang digunkan untuk menghitung konsentrasi sampel CoQ10 dan sampel kontrol. Jika kesalahan terjadi pada sistem, segera tutup rapat botol sampel kembali dan segera disimpan pada suhu -80° C atau kurang untuk analisis ulang. Proses ini berlangsung selama 4 jam (Tang, et. al., 2001).
 Data Interval Referensi Awal
Untuk mengevaluasi data referensi Co Q10, sampel darah diperoleh dari 25 individu sehat (5 laki-laki dan 20 perempuan, rentang usia 12-64 tahun). Individu ini dipilih dengan cermat dan tidak memiliki sejarah penyakit akut atau kronis atau menggunakan segala bentuk koenzim Q10 sebagai suplemen (Tang, et. al., 2001).
D.      Farmakokinetik
Farmakokinetik Koenzim Q10 dibagi berdasarkan :
1.         Onset dan jangka waktu respon puncak
2.        Tingkat konsentrasi obat
3.        ADME
(Mulicia, 2007)
1.        Onset dan Jangka waktu respon puncak
Gagal jantung kongestif, oral: 2 minggu sampai 3 bulan.  signifikan perbaikan klinis dan hemodinamik pada pasien dengan gagal jantung kongestif telah dilaporkan 2 minggu sampai 3 bulan setelah mulai terapi koenzim Q10 (rata-rata, satu bulan).  Darah kadar koenzim Q10 meningkat secara signifikan setelah mulai terapi pada pasien (Mulicia, 2007).
2.        Tingkat konsentrasi obat (untuk memberi efek terapeutik)
Konsentrasi terapeutik obat
o    Angina (2.2 mcg / mL)
Tingkat darah normal dari koenzim Q10 telah berkisar 0,7-1 mcg / mL dalam berbagai penelitian. Pada pasien dengan angina stabil kronis, peningkatan tingkat darah koenzim Q10 (0,9 hingga 2,2 mcg/mL) yang berkorelasi dengan meningkatnya durasi selama empat minggu terapi dengan dosis 150 mg sehari (Mulicia, 2007).
o    Gagal jantung kongestif (2 - 2,5 mcg / mL atau lebih) (Mulicia, 2007).
Waktu untuk mencapai puncak konsentrasi
o    Oral  : 5- 10 jam
Setelah dosis oral 100 mg koenzim Q10 diberikan pada subyek sehat, kadar puncak rata-rata 1 mcg / ml telah dilaporkan antara 5 dan 10 jam (rata-rata 6,5 jam). Dengan pemberian 100 mg tiga kali sehari, berarti tingkat standarnya  5.4 mcg / mL; 90% dari tingkat ini dicapai setelah 4 hari (Mulicia, 2007).
Pada pasien bedah jantung beresiko tinggi, pemberian koenzim Q10 100 mg sehari selama dua minggu sebelum operasi peningkatan kadar koenzim Q10 dari 0,6 mcg / mL (sebelum perlakuan) menjadi 1,4 mcg / mL pada saat operasi; tingkat 1,3 mcg / mL dan 1 mcg / mL dilaporkan setelah pendinginan jantung dan setelah rewarming jantung dan reperfusi, masing-masing. tingkat darah tetap dipertahankan di atas 1 mcg / mL dengan terapi lanjutan setelah pembedahan (100 mg per hari selama 30 hari). Efek perlindungan miokard dari koenzim Q10 dapat dilakukan dengan dosis tertentu (Mulicia, 2007).
Tingkat darah dari koenzim Q10 meningkat 3 kali lipat (1,4-4,5 mcg / mL) setelah 2 bulan pengobatan dengan dosis 300 mg sehari pada pasien dengan penyakit mitokondria (Mulicia, 2007).
Pada pasien dengan gagal jantung kongestif, darah tingkat koenzim Q10 meningkat 0,8-2 mcg / mL setelah tiga bulan terapi dengan dosis 100 mg sehari.  Kenaikan serupa (0,9 hingga 2,2 mcg / mL) telah diamati dengan dosis 150 mg sehari selama satu bulan dalam kronik pasien angina stabil (Mulicia, 2007).
3.    ADME
o    Absorpsi
Obat diserap perlahan. Dalam bentuk sediaan larutan koenzim Q10 diserap lebih signifikan dan efisien daripada bentuk sediaan oral seperti kapsul softgel yang mengandung koenzim Q10 suspensi dalam minyak, kapsul ataupun tablet.  Biasanya, koenzim Q10 diserap perlahan (lambat) di saluran cerna karena berat molekulnya tinggi dan kelarutan dalam airnya kecil (Mulicia, 2007).
o    Distribusi
a.         Hati (tidak diketahui jumlahnya)
Setelah penyerapan oral atau administrasi intravena, koenzim Q10 diambil oleh kilomikron. Sebagian besar dosis eksogen didistribusikan ke hati dan dimasukkan ke dalam VLDL. Koenzim Q10 endogen ditemukan dalam konsentrasi yang relatif tinggi di jantung, hati, ginjal, dan pankreas. Intraselluler, sebagian besar koenzim (40% sampai 50%) ditemukan dalam mitokondria (membran mitokondria dalam). Tempat distribusi intraselular lainnya adalah: sitosol 5% sampai 10%, mikrosoma 15% sampai 20%, dan inti 25% sampai 30% (Mulicia, 2007).
b.        Cairan seminal  (127,1 ± 1,9 ng / mL)
Dari penelitian, 22 laki-laki (usia rata-rata, 31 tahun) menerima koenzim Q10 100 miligram dua kali sehari secara oral selama 6 bulan. Setelah 6 bulan pengobatan, tingkat koenzim Q10 meningkat dalam plasma mani, dengan nilai rata-rata naik dari 42 ± 5,1 nanogram / mililiter pada awal menjadi 127,1 ± 1,9 ng / mL (Mulicia, 2007).
c.         Sperma
Dari penelitian, 22 laki-laki (usia rata-rata, 31 tahun) menerima koenzim Q10 100 miligram dua kali sehari secara oral selama 6 bulan. Sel-sel sperma menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kadar koenzim Q10 (dari 3,1 ± 0,4-6,5 ±0,3 ng) (Mulicia, 2007).
d.         Jaringan (jumlah tidak diketahui)
Setelah penggabungan ke dalam VLDL di hati, koenzim yang kemudian terkonsentrasi di berbagai jaringan, termasuk adrenal, limpa, paru-paru ginjal,, dan miokardium.  Koenzim Q10 endogen ditemukan dalam konsentrasi yang relatif tinggi di jantung, hati, ginjal, dan pankreas. Intraselluler, sebagian besar koenzim (40% sampai 50%) ditemukan dalam mitokondria (membran mitokondria dalam) (Mulicia, 2007).
o    Metabolisme
Sebagian dari dosis serap didistribusikan ke hati dan dimasukkan ke dalam VLDL (Mulicia, 2007).
o    Ekskresi
a.         Bersihan total
Koenzim Q10 memiliki bersihan plasma yang minimal (rendah).
b.        Ekskresi lainnya
Ø   Empedu, koenzim Q10 sebagian besar dikeluarkan melalui saluran empedu.
Ø   Feses, lebih dari 60% diekskresi dari dosis oral yang ditemukan dalam feses selama pemberian kronis (Mulicia, 2007).
c.         Waktu paruh
Selama 34 jam (Mulicia, 2007).




DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2010. Monograph Co Q-10. Tersedia di :  http://en.wikipedia.org /coQ_10. [Diakses tanggal 23 Oktober 2010].
Anonim. 2010. Properties of CoQ 10. Tersedia di : http://www. nutrilearn.com/coQ-10/coQ-10.html. [Diakses tanggal 23 Oktober 2010].
Badan POM RI. 2004Infomatorium Suplemen Makanan Indonesia. Jakarta: Badan POM RI.
BPOM. 2006. Koenzim Q10. Tersedia di : http://www.majalahfarmacia.com /rubrik/one_news.asp?IDNews=217. [Diakses tanggal 23 Oktober 2010]
Martina, D. 2009. Peranan Suplementasi Koenzim Q10, Vitamin C, E, dan Ekstrak Jahe pada Penyakit Degeneratif hingga Infertilitas. Tersedia di :  http://jurnalmedika.com/component/content/article130-fokus/178-peranansuplementasi-koenzim-q10-vitamin-c-e-dan-ekstrak-jahe-pada-penyakit-degeneratif-hingga-infertilitas. [Diakses tanggal 23 Oktober 2010]
Mulicia.  2007.  Koenzym Q10 (Ubiquinone).  Available online at :  http://mulicia.pixnet.net/blog/post/9691356. [Diakses tanggal 23 Oktober 2010].
Nasution, Kholisah, 2010. Suplementasi Koenzim Q10, Perlukah. Tersedia di :  http://jurnalmedika.com/edisi-terbaru/243-fokus/425-suplementasi-koenzim -q10-perlukah. [Diakses tanggal 23 Oktober 2010].
Pravst, I., Zmitek, K., Zmitek, J. 2010. "Coenzyme Q10 Contents in Foods and Fortification Strategies". Critical Reviews in Food Science and Nutrition 50 (4): 269–80.  
Tang, P. H., Miles, M.V., DeGrauw, A., Hershey, A. and Pesce, A. 2001. HPLC Analysis of Reduced and Oxidized Coenzyme Q10in Human Plasma. Available online at: http://www.clinchem.org/cgi /content/full/47/2/256%20 [Diakses tanggal 23 Oktober 2010].
Wijaya, Peter. 2008. CoQ10 Suplemen untuk Gangguan Jantung dan Hipertensi. Tersedia di : http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2008/05/coq10-suplemen-untuk-gangguan-jantung-dan-hipertensi. [Diakses tanggal 23 Oktober 2010].

No comments:

Post a Comment