A. Sel, Siklus Sel, dan Diferensiasi Stem Sel
Sel adalah satu unit dasar dari tubuh manusia dimana setiap organ merupakan gregasi/penyatuan dari berbagai macam sel yang dipersatukan satu sama lain oleh sokongan struktur-struktur interselluler.
Setiap jenis sel dikhususkan untuk melakukan suatu fungsi tertentu. Misalnya sel darah merah yang jumlahnya 25 triliun berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan. Disamping sel darah merah masih terdapat sekitar 75 triliun sel lain yang menyusun tubuh manusia, sehingga jumlah sel pada manusia sekitar 100 triliun sel.
Secara umum sel-sel yang menyusun tubuh manusia mempunyai struktur dasar yang terdiri dari membran sel, protoplasma dan inti sel (nukleus).
Siklus Sel
ö Interfase (tidak aktif membelah atau stadium istirahat)
Periode interfase yaitu:
õ Periode saat sel istirahat setelah menjalani mitosis
õ Periode pada saat sel secara aktif membentuk protein, lemak, dan potongan-potongan RNA
õ Periode pada waktu penyalinan DNA
õ Fase ini memakan waktu 10 - 20 jam
ö Mitosis (pembelahan sel)
Stadium mitosis
õ Profase
Struktur protein yg terdapat pada sitoplasma sel bergerak kearah kutub yg berlawanan atau pecahnya membran inti sel atau kromosom diluar inti (sitoplama).
õ Metafase
Kromosom 2 set pasangan yg berdampingan dibagian tengah sel.
õ Anafase
Mikrotubulus mulai menarik pasangan kromosom agar terpisah
õ Telofase
Sel terbelah ditengahnya dan terbentuk membran inti yang baru
õ Fase ini memakan waktu 1 jam.
ö Meiosis
õ Proses dimana sel-sel seks ovarium (oosit primer) atau testis (spermatosit primer) menjadi sel telur atau sperma yang matang
õ Replikasi DNA dalam sel seks yg diikuti oleh pembelahan 2 sel
4 sel anak yg masing-masing hanya memilki 1 pasang kromosom yaitu 23 kromosom.
õ Selama fertilisasi informasi genetik yang terkandung dalam 23 kromosom telur akan menyatu dalam 23 kromosom sperma
Stem sel merupakan sel yang dapat bereplikasi menjadi mature cell dengan karakteristik dan bentuk khas. Teminologi stem sel oleh para peneliti dibedakan berdasarkan karakteristik in vivo, in vitro dan paska transplantasi in vivo; yaitu:
1. Totipoten
Sel berasal dari sel telur yang mempunyai kemampuan menjadi sel dan jaringan embrio serta jaringan yang mendukung pertumbuhan embrio itu sendiri. Mamalia mempunyai 200 jenis sel yang meliputi sel saraf (neuron), sel otot (miosit), sel kulit (epitelial), sel darah (eritrosit, monosit,linfosit dll), sel tulang (osteosit) dan sel kartilago (kondrosit). Sel yang juga berperan pada pertumbuhan embrio meliputi jaringan ektraembrional, plasenta dan tali pusat.
2. Pluripoten
Sel berasal dari 3 lapisan germinal embrio yang berasal dari inner cell blastokis sebelum menempel pada dinding uterus. Ketiga lapisan tersebut terdiri dari; mesoderm, endoderm dan ektoderm yang merupakan cikal dari semua sel dalam tubuh. (Gambar 1) Mesoderm merupakan cikal dari sumsum tulang, korteks adrenal, jaringan limfe, otot polos, otot jantung, otot rangka, jaringan ikat, sistim urogenital dan sistim vaskular. Entoderm merupakan cikal dari timus, tiroid, paratiroid, laring, trakhea, paru, vesika urinaria, vagina, uretra, GIT. Sedangkan lapisan terakhir, ektoderm merupakan cikal dari kulit, jaringan saraf, medula adrenal, hipofisis, jaringan ikat kepala dan wajah, mata dan telinga.
3. Multipotent
Dapat berdiferensiasi menjadi banyak jenis sel. Misalnya: hematopoietic stem cells.
4. Unipoten
Terminologi ini digunakan pada sel yang berasal dari suatu organ, sehingga hanya mampu membentuk sel yang sama.
Sehingga dengan karakteristik demikian maka stem sel dapat berupa stem sel embrional dan stem sel dewasa. Stem sel germional mempunyai karakteristik totipoten dan pluripoten, stem sel ini diperoleh dari jaringan embrio 4 hari. Jika sel berasal dari gonadal ridge fetus 5-10 minggu maka disebut sel germ embrional. Sedangkan stem sel dewasa mempunyai karakteristik unipoten dan didapat dari organ tertentu. Stem sel dewasa merupakan progenitor atau precursor sel yang akan berkembang menjadi sel mature dengan bentuk dan karakteristik yang khas. Saat diferensiasi ini terjadi, gen tertentu teraktivasi dan gen lainnya bersifat inaktif. Stem sel dewasa meskipun sulit untuk diisolasi dan diidentifikasi, sel ini yang diharapkan berperan dalam dunia terapi. Sering kali stem sel dewasa diperoleh dari sumsum tulang dan terdiri dari stem sel hematopoitik dan stem sel stromal. Selain itu stem sel juga dapat dijumpai di tali pusat dan serebral. Stem sel dewasa yang terdapat dalam serebral terutama didalam hipokampus.
Stem cell ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh. Berdasarkan sumbernya, stem cell dibagi menjadi:
1) Zygote. Yaitu pada tahap sesaat setelah sperma bertemu dengan sel telur
2) Embryonic stem cell. Diambil dari inner cell mass dari suatu blastocyst (embrio yang terdiri dari 50 150 sel, kira-kira hari ke-5 pasca pembuahan). Embryonic stem cell biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai pada IVF (in vitro fertilization) .Tapi saat ini telah dikembangkan teknik pengambilan embryonic stem cell yang tidak membahayakan embrio tersebut, sehingga dapat terus hidup dan bertumbuh. Untuk masa depan hal ini mungkin dapat mengurangi kontroversi etis terhadap embryonic stem cell.
3) Fetus. Fetus dapat diperoleh dari klinik aborsi.
4) Stem cell darah tali pusat. Diambil dari darah plasenta dan tali pusat segera setelah bayi lahir. Stem cell dari darah talipusat merupakan jenis hematopoietic stem cell, dan ada yang menggolongkan jenis stem cell ini ke dalam adult stem cell.
5) Adult stem cell. Diambil dari jaringan dewasa, antara lain dari: · Sumsum tulang. Ada 2 jenis stem cell dari sumsum tulang:
- hematopoietic stem cell. Selain dari darah tali pusat dan dari sumsum tulang, hematopoietic stem cell dapat diperoleh juga dari darah tepi.
- stromal stem cell atau disebut juga mesenchymal stem cell.
Adult stem cell mempunyai sifat plastis, artinya selain berdiferensiasi menjadi sel yang sesuai dengan jaringan asalnya, adult stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi sel jaringan lain. Misalnya: neural stem cell dapat berubah menjadi sel darah, atau stromal stem cell dari sumsum tulang dapat berubah menjadi sel otot jantung, dan sebagainya.
B. Darah dan Pembekuan Darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah.
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.
Korpuskula darah terdiri dari:
· Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).
· Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)
· Sel darah putih atau leukosit (0,2%)
Dalam proses pembekuan darah, unsur terkecil dari sumsum tulang, yakni keping-keping darah atau trombosit, sangatlah menentukan. Sel-sel ini merupakan unsur terpenting di balik pembekuan darah. Protein yang disebut faktor Von Willebrand memastikan, agar dalam perondaannya yang terus-menerus atas aliran darah, keping-keping ini tidak membiarkan tempat luka terlewati. Keping-keping yang terjerat di tempat terjadinya luka mengeluarkan suatu zat yang mengumpulkan keping-keping lain yang tak terhingga banyaknya di tempat yang sama. Sel-sel tersebut akhirnya menopang luka terbuka itu. Keping-keping tersebut mati setelah menjalankan tugasnya menemukan luka. Pengorbanan diri ini hanyalah satu bagian dari sistem pembekuan dalam darah.
Trombin adalah protein lain yang membantu proses pembekuan darah. Zat ini hanya dihasilkan di tempat yang terluka. Jumlahnya tidak boleh melebihi atau pun kurang dari yang diperlukan, dan juga harus dimulai dan berakhir tepat pada waktu yang diperlukan. Lebih dari dua puluh jenis zat kimia tubuh yang disebut enzim berperan dalam pembentukan trombin. Enzim-enzim tersebut dapat merangsang perbanyakan trombin maupun menghentikannya. Proses ini terjadi melalui pengawasan yang begitu ketat sehingga trombin hanya terbentuk saat benar-benar ada luka sesungguhnya pada jaringan. Segera setelah enzim-enzim pembekuan darah tersebut mencapai jumlah yang memadai di dalam tubuh, fibrinogen yang terbuat dari protein-protein pun terbentuk. Dalam waktu singkat, sekumpulan serat membentuk jaring, yang terbentuk di tempat keluarnya darah. Sementara itu, keping-keping darah yang sedang meronda, terus-menerus terperangkap dan menumpuk di tempat yang sama. Apa yang disebut gumpalan darah beku adalah penyumbat luka yang terbentuk akibat penumpukan ini.
No comments:
Post a Comment